Unapologetic : Tendensius, Gloomy & Mengenang Masa Lalu

Sejak kemarin saya mulai mendengarkan album terbaru milik Rihanna yang bertajuk “Unapologetic” sambil kembali memulai minggu baru di kantor yang sebenarnya masih harap – harap cemas mengenai banjir dan mati lampu yang dialami oleh Jakarta seminggu lalu.

Mengapa saya memilih menulis tentang album Rihanna terbaru ketimbang menulis tentang banjir besar di Jakarta yang disinyalir lebih dahsyat dari tahun 2007? Karena sudah banyak orang yang melakukan itu, dan mungkin orang – orang tersebut memiliki pengetahuan dan solusi yang lebih baik daripada saya untuk mengatasi banjir di ibukota tercinta kita ini. Eh, ibukota benci tapi rindu ini, hehehehe..

Kembali ke “Unapologetic” seperti yang kemarin sempat saya ocehkan di twitter, album ini album yang aneh. Memiliki nuansa aransemen musik yang aneh, tidak seperti Rihanna yang biasa. Rihanna memiliki image sebagai penyanyi yang lagu – lagunya akan bertengger nyaman di setiap club yang paling hits dengan pengunjung yang berdesakan untuk berdansa – dansi cantik sambil menyesap beer bahkan wine dan champagne. Namun nuansa gloomy di album “Unapologetic” ini mengalahkan nuansa gloomy di album “Rated R” beberapa tahun lalu.

Ada beberapa lagu yang akan saya ceritakan disini, dimulai dengan single yang paling pertama dikeluarkan :

1. Diamonds

Single pertama yang dilempar Rihanna berjudul “Diamonds” sama sekali tidak “mengajak” saya untuk berdansa – dansi cantik sambil menyesap beer atau champagne, lagu ini gloomy, padahal liriknya nggak gloomy – gloomy amat, namun lagu ini cukup berhasil untuk menjadi trigger suasana yang galau. Cocok didengarkan disaat hujan deras, saat pulang kantor di tengah kemacetan dengan tatapan menerawang jauh.. (Oke, ini mulai nggak bener, maaf ya)

2. Right Now feat. David Guetta

Nah lagu ini cocok untuk berdansa – dansi. Rihanna memilih orang yang tepat untuk berkolaborasi bersamanya, nuansa Electro House yang diciptakan oleh David Guetta berhasil membuat saya menggoyangkan badan di meja kantor yang penuh dengan deadline, tak sabar menunggu weekend dan menyetel lagu ini dengan volume maksimal.

3.  Numb feat. Eminem

Waktu pertama kali mendengarkan intro lagu ini, saya langsung ingat Erykah Badu, nggak tahu kenapa.  Ketika mendengarkan lagu ini lebih dari 2 – 3kali, saya berhalusinasi kalau saya adalah Trinity, pacarnya Neo di film The Matrix. Ingat Trinity? Wanita yang jago berkelahi dan gerak badannya yang luwes dan gaya bicaranya woles namun tegas. Saya bicara dengan gaya tersebut setengah hari di kantor, dan ditertawakan semua orang xD lagu ini aneh, aneh yang membuat nyaman dan berhalusinasi. Eminem nya? Ah, saya langsung kebayang gantengnya dia sih.. rentetan ocehannya saat nge-rap selalu berhasil membuat saya jatuh cinta. Dia spesialisasi nge-rap marah – marah penuh emosi berdasarkan pengalaman hidupnya.

4. Loveeeee Song feat. Future

Lagu ini cocok untuk dijadikan soundtrack intercourse sebelum bercinta dengan pasangan kalian 😀 tone yang digunakan Future pada saat bernyanyi mampu menciptakan dorongan untuk menyentuh dibarengi sambil mengecup. Bisa dicoba pas dengerin lagu ini sambil merem 😀 sungguh lagu yang tendensius sekali, tendensius ingin segera pulang dan bertemu pasangan, hahahahahah

5. Nobody’s Business feat. Chris Brown

Iya, itu Chris Brown, sang mantan yang memukuli Rihanna hingga babak belur dan membuatnya membatalkan rencana konser di Jakarta beberapa tahun lalu. Saya masih dendam sih sama Chris Brown, gagal nonton konser Rihanna cuma karena dia nggak bisa menahan diri karena Rihanna mergokin dia selingkuh. Hih. Beda dengan lagu – lagu yang sebelumnya dibawakan oleh Rihanna dengan penyanyi lainnya, dari liriknya saja saya dapat menyimpulkan perasaan mereka berdua yang tersimpan, mengendap di dalam hati mereka. Lagu ini cocok untuk mengenang masa lalu bersama mantan pacar, tapi hanya sekedar mengenang ya, kalau mau balikkan, coba pakai lagu yang lain, hahahahaha.. dari sisi aransemen nggak ada yang istimewa sih, bahkan lebih enak “Hate That I Love You” yang feat. Ne-Yo ketimbang yang ini, but.. not bad lah..

Setelah mendengarkan 14 lagu yang ada di album “Unapologetic” selama 2 hari ini, saya mendapatkan kesimpulan, bahwa album ini album yang tendensius, gloomy dan Rihanna masih berkutat dengan masa lalunya. Kebanyakan aransemen musik dan lirik yang ada di album ini secara tersirat membicarakan tentang kecintaannya terhadap seorang laki – laki yang sebenarnya sudah mengecewakan dia berkali – kali, namun entah kenapa Rihanna masih ingin bertahan.

Sotoy ya? Hahahahaha.. harus ada wawancara eksklusif sih soal ini. Saya menyukai Rihanna nggak hanya soal produktifitas musiknya, melainkan pribadinya. Bukan pribadi yang sembarangan, Rihanna seorang survivor, baik itu soal percintaan maupun soal karir. Dan tulisan ini nggak bisa dibilang review sebuah album sih, karena saya nggak me-review dari sisi aransemen musik atau genre nya, saya hanya menceritakan perasaan saya pada saat mendengarkan lagu – lagu yang dinyanyikan oleh Rihanna. Efeknya masih terasa sampai sekarang.

Ooh, saya masih menganggap diri saya ini Trinity dengan badan yang kurus, memakai setelan spandex dan kacatama hitam lalu pergi ke jalan untuk menumpas kejahatan. Nggak cocok ya? hahahahahaha..

 

 

 

Published by mpokgaga

A woman born under the Aries zodiac sign, and owner of the flawless most perfect pair of eyebrows in South Jakarta (self-proclaimed, but non-debatable nonetheless).

One thought on “Unapologetic : Tendensius, Gloomy & Mengenang Masa Lalu

Leave a comment